Mempraktekan
sunah rasul pada intinya bukanlah meniru tampilan fisik naib Muhammad saw,
bukan juga dengan meniru budaya nabi saw yang berasal dari budaya arab.
Misalnya berbuka dengan kurma, menggunakan pakaian yang digunakan rasul,
memakan dengan jari-jari tangan tanpa menggunakan sendok. Hal demikian tadi
bukanlah pokok dari sunah-sunah rasul, pada intinya mengikuti sunah rasul yaitu
dengan menimba keteladanan kanjeng rasul, mengikuti pola pikir dan cara nabi
dalam menghadapi permasalahan (penemuan solusi).
Pertama,
merangkul
semua pihak, baik yang telah sama akidahnya maupun yang memiliki pandangan yang
berbeda secara keyakinan dan agama. Merangkul etnis dan suku-suku yang berbeda.
Mereka semua di ajak untuk menciptakan kehidupan yang damai, saling menyebarkan
salam tanpa ada yang melakukan kecurangan. Pandangan boleh berbeda, pikiran
juga boleh tidak sama, perbedaan itu jangan sampai menjadikan kita saling
bermusuhan akan tetapi hal demikian kita jadikan sebagai sebuah kekayaan.[1]
Dalam al-qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menyerukan untuk melakukan
kedamaian.
Sunan
kalijaga mengajak seluruh orang nusantara untuk hidup guyub khususnya
tanah jawa. Cara dakwah sunan pun dilakukan dengan metode yang sangat unik.
Para demung, narapraja, adipati dan lain-lainnya, di undangan ke ibukota
kerajaan demak, pajang dan awal mataram dalam acara peringatan kelahiran nabi
atau Grebeg Mulud. Pada upacara tersebut juga diadakan sekatenan,
suatu upacara pengucapan syahadatain.
Pada
upacara itulah terjadi hubungan yang dekat antara kawula rakyat dengan
gustinya, para narapraja. Tak ada paksaan untuk memeluk agama sedikitpun.
Mereka telah menjadi islam tanpa harus ditekan untuk menjalankan ritual islam
lainnya. Ritualpun dilaksanakan dengan tanpa menyinggung orang yang memiliki
keyakinan yang berbeda. Tuhan yang maha esa tetap sunan sebut sebagai Hyang
Widi, sunan tidak mengganti nama tuhan yang telah dikenal dimasyarakat. Seperti
hal yang dilakukan oleh kanjeng roslul. Beliau tidak mengganti nama tuhan yang
telah lama dikenal oleh para penduduk jazirah “Allah”. Nabi malah
memperkenalkan nama-nama lainnya yang disebut “Al-asma’ al-husna”.
Kedua,
mengadopsi
tata cara ibadah yang sudah ada dan dilakukan perbaikan. Banyak orang yang
tidak tahu bahwasannya islam datang yaitu sebagai pelengkap dari agama-agama
yang turun sebelum agama islam. Sehingga ritual-ritual ibadah islam sebenarnya
bukanlah ritual yang asing bagi masyarakat jazirah pada masa itu. Karena tujuan
islam bukanlah untuk membuat demikian akan tetapi untuk memperbaiki akhlak dan
moralitas masyarakat.
Seperti
halnya salat. Pada masa itu orang jazirah arab sudah mengenal yang namanya
salat, sehingga mereka tidak kaget ketika kanjeng rasul memerintahkan mereka
untuk melakukan salat. Sehingga rasulpun tidak pernah mengajari umatnya untuk
melaukuan salat, akan tetapi rasul cukup mengatakan salatlah sebagaimana
engkau melihatku salat. Hal demikian memiliki pengertian bahwa orang yang
melihat itu tidak dalam kondisi solat. Dan bukan di ajarkan, tetapi diminta untuk
melihatnya sehingga dalam pelaksanaanya terjadi berbagai macam persepsi. Oleh
karena itu sebenarnya gerak dalam salat bukanlah tujuan salat yang bersifat
prinsip, akan tetapi kehidupan setelah upacara itu lah yang bersifat pokok.
Puasa
dan haji sudah ada sebelum islam dating, sehingga nabi hanya menyempurnakannya.
Agar pelaksanaan ibadah menjadi lebih bermanfaat. Arah tawaf menjadi lebih
teratur daripada pada zaman jahiliah. Pelaksanaannya pun menjadi lebih
ringan.perhatikan puasanya orang Kristen, umat Kristen berpuasa selama 40 hari
dan hanya ada satu kali berbuka, yaitu tengah malam.
Ketiga,
membiarkan
sesuatu yang positif dan bermanfaat bagi kehidupan. Lihatlah ketika ketika nabi
berjumpa dengan beberapa orang yahudi yang berpuasa sunah, yaitu puasa pada
tanggal 10 muharam (syura). Nabi bertanya pada mereka tentang alasan mereka
menjalankan puasa. Mereka menjawab bahwa hari itu merupakan selamatan
penyeberangan nabi musa bersama kaumnya dari kejaran tentara fir’aun. Maka,
nabi menyatakan kepada mereka bahwa dirinya lebih berhak untuk menjalankan
ibadah puasa sunah itu.
Begitu
juga ketika nabi dtiba di madinah dari perjalanan hijrahnya. Beliau disambut
oleh masyarakat madinah. Laki-laki dan perempuan berbaris menyambut
kedatangannya kanjeng nabi sambil mendendangkan lagu dan lirik music. Nabi
membiarkan mereka bersuka ria menyambut kedatangannya. Hal demikianlah yang di
contoh oleh sunan kalijaga dalam mendakwahkan ajaran islam. Lihatlah selametan
yang oleh sunan kalijaga dilestarikan yaitu dengan cara mengganti doa-doa yang
dibaca, diganti dengan doa yang islami.
19 des 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar