Kamis, 18 Desember 2014

Mengikuti cara nabi



Mempraktekan sunah rasul pada intinya bukanlah meniru tampilan fisik naib Muhammad saw, bukan juga dengan meniru budaya nabi saw yang berasal dari budaya arab. Misalnya berbuka dengan kurma, menggunakan pakaian yang digunakan rasul, memakan dengan jari-jari tangan tanpa menggunakan sendok. Hal demikian tadi bukanlah pokok dari sunah-sunah rasul, pada intinya mengikuti sunah rasul yaitu dengan menimba keteladanan kanjeng rasul, mengikuti pola pikir dan cara nabi dalam menghadapi permasalahan (penemuan solusi).

Pertama, merangkul semua pihak, baik yang telah sama akidahnya maupun yang memiliki pandangan yang berbeda secara keyakinan dan agama. Merangkul etnis dan suku-suku yang berbeda. Mereka semua di ajak untuk menciptakan kehidupan yang damai, saling menyebarkan salam tanpa ada yang melakukan kecurangan. Pandangan boleh berbeda, pikiran juga boleh tidak sama, perbedaan itu jangan sampai menjadikan kita saling bermusuhan akan tetapi hal demikian kita jadikan sebagai sebuah kekayaan.[1] Dalam al-qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menyerukan untuk melakukan kedamaian.
Sunan kalijaga mengajak seluruh orang nusantara untuk hidup guyub khususnya tanah jawa. Cara dakwah sunan pun dilakukan dengan metode yang sangat unik. Para demung, narapraja, adipati dan lain-lainnya, di undangan ke ibukota kerajaan demak, pajang dan awal mataram dalam acara peringatan kelahiran nabi atau Grebeg Mulud. Pada upacara tersebut juga diadakan sekatenan, suatu upacara pengucapan syahadatain.
Pada upacara itulah terjadi hubungan yang dekat antara kawula rakyat dengan gustinya, para narapraja. Tak ada paksaan untuk memeluk agama sedikitpun. Mereka telah menjadi islam tanpa harus ditekan untuk menjalankan ritual islam lainnya. Ritualpun dilaksanakan dengan tanpa menyinggung orang yang memiliki keyakinan yang berbeda. Tuhan yang maha esa tetap sunan sebut sebagai Hyang Widi, sunan tidak mengganti nama tuhan yang telah dikenal dimasyarakat. Seperti hal yang dilakukan oleh kanjeng roslul. Beliau tidak mengganti nama tuhan yang telah lama dikenal oleh para penduduk jazirah “Allah”. Nabi malah memperkenalkan nama-nama lainnya yang disebut “Al-asma’ al-husna”.
Kedua, mengadopsi tata cara ibadah yang sudah ada dan dilakukan perbaikan. Banyak orang yang tidak tahu bahwasannya islam datang yaitu sebagai pelengkap dari agama-agama yang turun sebelum agama islam. Sehingga ritual-ritual ibadah islam sebenarnya bukanlah ritual yang asing bagi masyarakat jazirah pada masa itu. Karena tujuan islam bukanlah untuk membuat demikian akan tetapi untuk memperbaiki akhlak dan moralitas masyarakat.
Seperti halnya salat. Pada masa itu orang jazirah arab sudah mengenal yang namanya salat, sehingga mereka tidak kaget ketika kanjeng rasul memerintahkan mereka untuk melakukan salat. Sehingga rasulpun tidak pernah mengajari umatnya untuk melaukuan salat, akan tetapi rasul cukup mengatakan salatlah sebagaimana engkau melihatku salat. Hal demikian memiliki pengertian bahwa orang yang melihat itu tidak dalam kondisi solat. Dan bukan di ajarkan, tetapi diminta untuk melihatnya sehingga dalam pelaksanaanya terjadi berbagai macam persepsi. Oleh karena itu sebenarnya gerak dalam salat bukanlah tujuan salat yang bersifat prinsip, akan tetapi kehidupan setelah upacara itu lah yang bersifat pokok.
Puasa dan haji sudah ada sebelum islam dating, sehingga nabi hanya menyempurnakannya. Agar pelaksanaan ibadah menjadi lebih bermanfaat. Arah tawaf menjadi lebih teratur daripada pada zaman jahiliah. Pelaksanaannya pun menjadi lebih ringan.perhatikan puasanya orang Kristen, umat Kristen berpuasa selama 40 hari dan hanya ada satu kali berbuka, yaitu tengah malam.
Ketiga, membiarkan sesuatu yang positif dan bermanfaat bagi kehidupan. Lihatlah ketika ketika nabi berjumpa dengan beberapa orang yahudi yang berpuasa sunah, yaitu puasa pada tanggal 10 muharam (syura). Nabi bertanya pada mereka tentang alasan mereka menjalankan puasa. Mereka menjawab bahwa hari itu merupakan selamatan penyeberangan nabi musa bersama kaumnya dari kejaran tentara fir’aun. Maka, nabi menyatakan kepada mereka bahwa dirinya lebih berhak untuk menjalankan ibadah puasa sunah itu.
Begitu juga ketika nabi dtiba di madinah dari perjalanan hijrahnya. Beliau disambut oleh masyarakat madinah. Laki-laki dan perempuan berbaris menyambut kedatangannya kanjeng nabi sambil mendendangkan lagu dan lirik music. Nabi membiarkan mereka bersuka ria menyambut kedatangannya. Hal demikianlah yang di contoh oleh sunan kalijaga dalam mendakwahkan ajaran islam. Lihatlah selametan yang oleh sunan kalijaga dilestarikan yaitu dengan cara mengganti doa-doa yang dibaca, diganti dengan doa yang islami.
19 des 2014



[1] Ayat al-quran yang bersangkutan Q.S. al- baqarah : 213

Tidak ada komentar:

Posting Komentar