Dimalam yang sunyi, ku nyalakan sebuah radio dari handponku sekedar
tuk mencari lagu-lagu yang enak didengar. Buku tentang hukum pernikahan
ditanganku, lama kubaca buku itu sampai bergantilah acara dalam canel radio
tersebut. Tak perlu menunggu lama kuganti canel demi canel dengan saksama aku
mengdengarkannya dan sekiranya aku temukan lagu yang pas dengan suasana hati
ini, aku dengarkanlah lagu itu.
Kuganti lagi canelnya, dalam sebuah canel radio ku mendengarkan
percakapan antara pembawa acara dalam obrolannya mereka menyinggung dengan
obrolan tentang kopi, lama aku mendengarkannya. Tak ku sangka, ternyata obrolan
itu dimasukan ke sebuah permasalahan broken home dimana disitu disebutkan
disebuah daerah dijawa timur angka perceraian semakin tahun semakin meningkat.
Bukan hanya talak, akan tetapi gugat cerai dari sang istri itulah yang
mendominasi.
Dimana ketika sejoli tersebut sudah tidak bisa disatukan kembali,
maka hilanglah nikmat allah yang sangat agung tersebut dan terjadilah hal yang
allah benci “CERAI”. Dengan berbagai alasan mereka menolak untuk disatukan,
bukan karena peradilan atau pihak yang lain tidak memberi masukan kepada orang
tersebut untuk bersatu, akan tetapi keras kepala dan ego merekalah yang
memenangkannya. Nafsu setan merajalela menguasai seluruh jiwa.
Kembali kemasalah kopi dan perceraian, disitu dikatakan bahwa
perceraian terjadi karena beda persepektif antara dua orang tersebut dimana
mereka salin egois dengan diri sendiri dimana yang kuat selalu ingin menang dan
tidak mau melindungi yang lemah, dan dimana yang lemah selalu ingin menang
tanpa melihat kekuatannya maka terjadilah perceraian. Mereka tidak berfikir
bahwa perbedaan kemampuan mereka itu adalah hal yang sangat baik sangat lengkap sangat
cocok, dimana ada yang kuat dan yang lemah. Bukankah kewajiban yang kuat adalah
melindungi yang lemah, dan yang lemah selalu menyuport yang kuat agar hidup ini
selaras tanpa ada yang dirugikan, mereka
tidak bisa melihat bahwa dua hal itu adalah saling melengkapi. Ketika disatukan
dua orang yang kuat maka keduanya tidak ada yang mau mengalah dan ketika
disatukan antara yang lemah, maka mereka akan tidak mau untuk menjadi yang
didepan, dan walaupun ada itupun depan yang lemah. INGAT kuat dan lemah adalah
hal yang saling melengkapi.
Kita haruslah belajar dari secangkir kopi yang selalu kita minum
setiap hari, tanpa kita sadari kita akan bertanya-tanya mengapa dalam sebuah
kopi, warnakopilah yang lebih mendominasi, padahal didalamnya ada gula, susu,
dan air??? Mengapa bukan susu yang mendominasi, mengapa bukan air putih saja
yang mendominasi atau mengapa bukan gula yang mendominasi???, ini adalah
pertanyaan sepele yang harus diperhatikan agar hidup berumah tangga bisa serasi.
Ketika ada seorang yang ditanya seperti itu pasti mereka akan menjawab “ya
iya lah namanya juga minuman kopi, ya kopilah yang menang, ntar kalo yang
mendominasi susu,,, ya namanya bukan secangkir kopi lagi, tapi secangkir susu”,
memang benar jawaban seperti itu, akan tetapi coba kita lihat bagaimana sifat
dari setiap materi-materi atau bagian-bagian dari minuman tersebut.
KOPI : PAHIT, SIFATNYA LEBIH PEKA
KOPI : PAHIT, SIFATNYA LEBIH PEKA
GULA : MANIS, SIFATNYA MENGIKUTI, TIDAK MAU MENDOMINASI
SUSU : MANIS, SIFATNYA BISA MENDOMINASI TAPI LEBIH SERING MENGIKUTI
BILA DICAMPURKAN DENGAN YANG LAIN.
Coba pikirkanlah hal tersebut, si KOPI yang sifatnya lebih kuat dia
ma’lum mendominasinya, akan tetapi si SUSU tidak marah kepadanya, dia tau diri
karena si kopi sifatnya lebih peka, maka diapun menetralisisrnya dan juga si
GULA yang dia itu selalu iku ke siapapun maka dia santai-santai aja karena
sudah ada yang mendominasi “dalam arti yang melindungi”.
Disinilah terjadi keharmonisan dimana yang lemah dan yang kuat
saling melengkapi si KOPI tidak bisa mengatakan “secangkir kopi ini rasanya
enak adalah karena sifatku” karena ketika sikopi diseduh dengan independen
maka yang terjadi adalah rasa pait, si SUSU yang dia itu kultural dia tidak
mengatakan bahwa “secangkir kopi ini enak adalah karenaku” dia merasa
bahwa ketika tidak ada kopi maka tidak ada keindahan dalam kenikmatannya, dan
si GULA pun mengatakan demikian, karena ketika gula hanya diseduh dengan air
maka dia rasanya akan tidak seenak ketika dicampur dengan kopi dan susu.
Demikianlah pelajaran yang bisa diambil dari secangkir kopi
disebelahku ini, dan tanpa perlu kami simpulkan.
Yogyakarta, 3 januari 2014
Bagus gan artikelnya, sangat bermanfaat dan mencerahkan
BalasHapus