Sabtu, 08 Maret 2014

PESAN DARI KOPI


Dimalam yang sunyi, ku nyalakan sebuah radio dari handponku sekedar tuk mencari lagu-lagu yang enak didengar. Buku tentang hukum pernikahan ditanganku, lama kubaca buku itu sampai bergantilah acara dalam canel radio tersebut. Tak perlu menunggu lama kuganti canel demi canel dengan saksama aku mengdengarkannya dan sekiranya aku temukan lagu yang pas dengan suasana hati ini, aku dengarkanlah lagu itu.
Kuganti lagi canelnya, dalam sebuah canel radio ku mendengarkan percakapan antara pembawa acara dalam obrolannya mereka menyinggung dengan obrolan tentang kopi, lama aku mendengarkannya. Tak ku sangka, ternyata obrolan itu dimasukan ke sebuah permasalahan broken home dimana disitu disebutkan disebuah daerah dijawa timur angka perceraian semakin tahun semakin meningkat. Bukan hanya talak, akan tetapi gugat cerai dari sang istri itulah yang mendominasi.
Dimana ketika sejoli tersebut sudah tidak bisa disatukan kembali, maka hilanglah nikmat allah yang sangat agung tersebut dan terjadilah hal yang allah benci “CERAI”. Dengan berbagai alasan mereka menolak untuk disatukan, bukan karena peradilan atau pihak yang lain tidak memberi masukan kepada orang tersebut untuk bersatu, akan tetapi keras kepala dan ego merekalah yang memenangkannya. Nafsu setan merajalela menguasai seluruh jiwa.
Kembali kemasalah kopi dan perceraian, disitu dikatakan bahwa perceraian terjadi karena beda persepektif antara dua orang tersebut dimana mereka salin egois dengan diri sendiri dimana yang kuat selalu ingin menang dan tidak mau melindungi yang lemah, dan dimana yang lemah selalu ingin menang tanpa melihat kekuatannya maka terjadilah perceraian. Mereka tidak berfikir bahwa perbedaan kemampuan mereka itu adalah hal yang sangat baik sangat lengkap sangat cocok, dimana ada yang kuat dan yang lemah. Bukankah kewajiban yang kuat adalah melindungi yang lemah, dan yang lemah selalu menyuport yang kuat agar hidup ini selaras tanpa  ada yang dirugikan, mereka tidak bisa melihat bahwa dua hal itu adalah saling melengkapi. Ketika disatukan dua orang yang kuat maka keduanya tidak ada yang mau mengalah dan ketika disatukan antara yang lemah, maka mereka akan tidak mau untuk menjadi yang didepan, dan walaupun ada itupun depan yang lemah. INGAT kuat dan lemah adalah hal yang saling melengkapi.
Kita haruslah belajar dari secangkir kopi yang selalu kita minum setiap hari, tanpa kita sadari kita akan bertanya-tanya mengapa dalam sebuah kopi, warnakopilah yang lebih mendominasi, padahal didalamnya ada gula, susu, dan air??? Mengapa bukan susu yang mendominasi, mengapa bukan air putih saja yang mendominasi atau mengapa bukan gula yang mendominasi???, ini adalah pertanyaan sepele yang harus diperhatikan agar hidup berumah tangga bisa serasi. Ketika ada seorang yang ditanya seperti itu pasti mereka akan menjawab “ya iya lah namanya juga minuman kopi, ya kopilah yang menang, ntar kalo yang mendominasi susu,,, ya namanya bukan secangkir kopi lagi, tapi secangkir susu”, memang benar jawaban seperti itu, akan tetapi coba kita lihat bagaimana sifat dari setiap materi-materi atau bagian-bagian dari minuman tersebut.
KOPI : PAHIT, SIFATNYA LEBIH PEKA
GULA : MANIS, SIFATNYA MENGIKUTI, TIDAK MAU MENDOMINASI
SUSU : MANIS, SIFATNYA BISA MENDOMINASI TAPI LEBIH SERING MENGIKUTI BILA DICAMPURKAN DENGAN YANG LAIN.
Coba pikirkanlah hal tersebut, si KOPI yang sifatnya lebih kuat dia ma’lum mendominasinya, akan tetapi si SUSU tidak marah kepadanya, dia tau diri karena si kopi sifatnya lebih peka, maka diapun menetralisisrnya dan juga si GULA yang dia itu selalu iku ke siapapun maka dia santai-santai aja karena sudah ada yang mendominasi “dalam arti yang melindungi”.
Disinilah terjadi keharmonisan dimana yang lemah dan yang kuat saling melengkapi si KOPI tidak bisa mengatakan “secangkir kopi ini rasanya enak adalah karena sifatku” karena ketika sikopi diseduh dengan independen maka yang terjadi adalah rasa pait, si SUSU yang dia itu kultural dia tidak mengatakan bahwa “secangkir kopi ini enak adalah karenaku” dia merasa bahwa ketika tidak ada kopi maka tidak ada keindahan dalam kenikmatannya, dan si GULA pun mengatakan demikian, karena ketika gula hanya diseduh dengan air maka dia rasanya akan tidak seenak ketika dicampur dengan kopi dan susu.
Demikianlah pelajaran yang bisa diambil dari secangkir kopi disebelahku ini, dan tanpa perlu kami simpulkan.

Yogyakarta, 3 januari 2014

1 komentar: