Kamis, 03 Januari 2019

Tragedi Bharatayuda dan Demokrasi Indonesia


“Tidak mudah mengurus sebuah negri, wong mengurus diri sendiri aja susah” begitu kata mbah patekah kepadaku. Tidak usah bermimpi untuk menjadi seorang pemimpin dijaman demokrasi ini, bermimpilah menjadi orang baik, maka hidupmu akan mulia, lanjut beliau.

Aku tetap duduk setia mendengarkan petuah kakekku dan sesekali menarik orang-orangan sawah untuk mengusir burung yang memakan tanaman padi kami.

“Mamayu Hayuning Bawana” itu sudah menjadi kewajiban setiap manusia yang hidup di dunia, wong adanya pemerintahan itu untuk mengingatkan kita ketika kita sudah lupa dengan amanah yang diberikan Gusti kepada kita. Mbah patekah berhenti sejenak untuk merubah posisi duduk. Saat ini banyak orang yang merasa sebagai Pandawa yang berkewajiban mengambil tahta kerajaan Hastina dari tangan Kurawa. Menganggap orang lain sebagai golongan kurawa yang dzolim terhadap rakyatnya dan tidak berhak atas negri Hastina, Lanjtnya.
Indonesia itu Negara demokrasi ngger, ucapnya pada ku. 5 tahun sekali dilaksanakan pesta demokrasi untuk memilih petinggi negara yang akan memimipn Indonesia 5 tahun kedepan. Maka disetiap tahun pergantiannya kamu akan menemukan hal yang tidak berbeda dengan tahun - tahun sebelumnya, Aja kagetan dadi wong kwe. Mbah patekah menyalakan rokok kreteknya dan memerintah kepadaku untuk menarik tali orang-orangan sawah.
Negri Hastina berbeda dengan Negara Indonesia, lah wong Hastina itu kerajaan yang sudah pasti sisitim pemerintahaan Monarki, pastilah raja mewariskan tahtanya ke anaknya, maka sudah kewajiban seorang pewaris tahta kerajaan mengambil tahtanya jika tahta itu direbut oleh orang yang tidak berhak memilikinya. Lah Indonesia ini Negara Demokrasi yang siapapun boleh untuk memilih dan dipilih sebagai petinggi Negara, Tapi ya harus dengan kebaikan untuk menggapainya.
Pesenku ngger, dadio wong apik, dimanapun posisimu jadilah orang baik, selalu berperilaku baik kepada siapapun. Indonesia itu sudah menjaga dan merawat kita, memberikan rasa aman kepada kita. Pungkasnya,,, ws ngger rono sawah duwur banyune di pepet. Ganti di elikena neng sawah sebelah ingsor. Sambil menunjukan saya harus kemana. (Tegal, 03 Januari 2019 – 19:40 WIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar