Minggu, 18 September 2016

K.H. Hasyim Asy’ari
K.H Hasyim Asy’ari  adalah putra dari 10 bersaudara[1] pasangan dari Kiai Asy’ari dan ibu nyai halimah. K.H. Hasyim Asy’ari kecil dilahirkan di desa nggedang, jombang jawa timur pada tanggal 24 Dzulqa’dah 1287 H bertepatan dengan tanggal 14 Februari 1871 M. Ayahnya adalah pendiri pesantren Keras. Kakek dari  pihak ayah, kiai usman adalah pendiri pondok pesantren Gedang. Pada masa kecilnya K.H. Hasyim asy’ari belajar kepada orang tuanya sendiri, pada umur 13 tahun K.H. Hasyim Asy’ari kecil telah sampai pada taraf badal atau guru pengganti, tidak jarang murid yang diajarnya lebih tua umurnya dibandingkan dengan umur beliau. Ketika berumur 15 tahun ia mulai mengembara mencari ilmu ke berbagai pesantren di daerah jawa dan Madura.[2] Ketika usianya mencapai 21 tahun tepatnya tahun 1891, K.H Hasyim Asy’ari diambil menantu oleh Kiai Ya’kub, pemimpin Pesantren Siwalan Panji. Ia dinikahkan dengan Khadijah.

Pada tahun 1892, K.H. Hasjim Asy'ari pergi menimba ilmu ke Mekah, dan berguru pada Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Syekh Muhammad Mahfudz at-Tarmasi, Syekh Ahmad Amin Al-Aththar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said Yamani, Syekh Rahmaullah, Syekh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin Ahmad As-Saqqaf, dan Sayyid Husein Al-Habsyi. Namun, pada tahun 1893, saat pasangan ini tengah berada di Makkah, Khadijah meninggal di sana ketika melahirkan Abdullah. Dua bulan kemudian Abdullah pun menyusul ibunya. Kala itu Hasyim tengah belajar dan bermukim di tanah Hijaz. Tahun itu juga, Hasyim pulang ke tanah air. Namun tak lama kemudian, ia kembali ke Makkah bersama adiknya, Anis, untuk belajar. Tapi si adik juga meninggal di sana. Tahun 1900, ia pulang kampung dan mengajar di pesantren ayahnya. Tiga tahun  kemudian, 1903, ia mengajar di Pesantren Kemuring, Kediri, sampai 1906, di tempat mertuanya, Kiai Romli, yang telah menikahkan dirinya dengan putrinya, Nafisah.
          Selama hidupnya, K.H. Hasyim menikah tujuh kali. Selain dengan Khadijah dan Nafisah, antara lain ia juga menikahi Nafiqah, dari Siwalan Panji, Masrurah, dari Pesantren Kapurejo, Kediri. Tahun 1899, 12 Rabi’ul Awwal 1317, ia mendirikan Pesantren Tebuireng. Lewat pesantren inilah K.H. Hasyim melancarkan pembaharuan sistem pendidikan keagamaan Islam tradisional, yaitu sistem musyawarah, sehingga para santri menjadi kreatif. Ia juga memperkenalkana pengetahuan umum dalam kurikulum pesantren, seperti Bahasa Melayu, Matematika, dan Ilmu Bumi. Bahkan sejak 1926 ditambah dengan Bahasa Belanda dan Sejarah Indonesia dan  pada tahun 1926, K.H Hasjim Asy'ari menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya Nadhlatul Ulama (NU), yang berarti kebangkitan ulama.



[1] Nafi'ah, Ahmad Saleh, Radiah, Hassan, Anis, Fatanah, Maimunah, Maksum, Nahrawi dan Adnan
[2] Probolinggo (Pesantren Wonokoyo), Tuban (Pesantren Langitan), Bangkalan, Madura (Pesantren Trenggilis dan Pesantren Kademangan), dan Sidoarjo (Pesantren Siwalan Panji)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar