Rabu, 03 September 2014

Biografi Imam Syafi’i

Beliau adalah Abu Abdillah Muhammad Bin Idris As-syafi’I Al-Muttalibi Al-qurashi, beliau lahir dari pasangan suami istri Idris bin Al-abbas bin Utsman bin Syafi’ bin As-saib bin Ubaid bin Abdu Yazid bin Hasyim Al-muttalib bin Abdul Manaf dan Fatimah binti Abdullah Al-Uzdiyah di daerah Gaza(Palestina) pada tahun 767 M / 150 H. Nasab Imam Syafi’i bertemu dengan nasab Rasulullah Shalallahu alahi wa salam (SAW) yaitu pada Abdul Manaf . Imam syafi’I  adalah seorang mufti besar dari aliran islam Sunni dan juga pendiri mazhab Syafi'i. Imam syafi’I meninggal pada akhir malam bulan Rajab tahun 820 M / 204 H di daerah Kairo (Mesir).[1]


Imam Syafi’I kecil
Imam Syafi’I dilahirkan pada tahun 150 H. bertepatan dengan meninggal dunianya Imam Abu Hanifah. [2]Imam Syafi`i sejak kecil hidup dalam kemiskinan. Ketika usia Imam Syafi’I mencapai umur dua tahun ayahnya meninggal dunia dan setelah itu sang ibu membawanya ke Mekah, tanah air nenek moyangnya. Ia tumbuh besar dalam keadaan yatim. Ketia ia mulai masuk di bangku pendidikan, para pendidik tidak memperoleh upah mereka rela tidak dibayar.  Akan tetapi setiap kali sang guru mengajar pada murid-muridnya, syafi’I kecil mampu menangkap semua perkataan serta penjelasan gurunya, hal demikianlah yang membuat sang guru rela tidak dibayar. Sejak kecil Syafi’I cepat menghafal syair, pandai bahasa Arab dan sastra.  Meskipun dibesarkan dalam keadaan yatim dan dalam  kondisi keluarga yang miskin, hal itu tidak menjadikan beliau rendah diri apalagi malas. Sebaliknya, keadaan itu membuat beliau semakin giat dalam belajar dan menuntut ilmu. Pada umur 9 tahun beliau telah hafal Al Quran seluruhnya.[3]
Pendidikan Imam Syafi’i
Di Makkah, Imam Syafi’i berguru ilmu fiqh kepada mufti di sana, Muslim bin Khalid Az Zanji sehingga ketika berusiah 15 tahun Imam Syafi’I sudah diberikan izin oleh beliau untuk memberikan fatwa. Imam Syafi’I belajar fiqih dari para Ulama’ fiqih yang ada di Makkah, seperti Muslim bin khalid Az-Zanji yang waktu itu berkedudukan sebagai mufti Makkah. Kemudian beliau juga belajar dari Dawud bin Abdurrahman Al-Atthar, beliau juga belajar dari pamannya yang bernama Muhammad bin Ali bin Syafi’, dan juga belajar dari Sufyan bin Uyainah. Guru yang lainnya dalam fiqih ialah Abdurrahman bin Abi Bakr Al-Mulaiki, Fudhail bin Al-Ayyadl, Sa’id bin Salim dan masih banyak lagi yang lainnya.[4]
Selain di makkah, imam syafi’I juga belajar di daerah-daerah lain, sperti di Madinah. Di  Madinah Imam Syafi’I berguru fiqh kepada Imam Malib bin Anas. Kepada Imam Mali ia mengaji kitab Al-Muwattha’ dan menghafalny dalam waktu 9 malam. Selain belajar ilmu fiqh, Imam Syafi’I juga meriwayatkan hadis dari Fudlal bin Iyadl, Sufyan bin Uyainah dan dari pamannya, Muhamad bin Syafi’I dan lain-lain.
Imam Syafi’I juga duduk menghafal dan memahami ilmu dari para Ulama’ yang ada di Al-Madinah, seperti, Isma’il bin Ja’far, Ibrahim bin Sa’ad, Atthaf bin Khalid, Abdul Aziz Ad-Darawardi. Selain itu, Ia juga banyak menghafal ilmu di majelisnya Ibrahim bin Abi Yahya. Tetapi sayang, guru beliau Ibrahim bin Abi Yahya adalah pendusta dalam meriwayatkan hadits, ia memiliki pandangan yang sama dengan madzhab Qadariyah yang menolak untuk beriman kepada taqdir dan berbagai kelemahan fatal lainnya. Sehingga ketika Abu Abdillah Muhammad Bin Idris As-syafi’I Al-Muttalibi Al-qurashi telah terkenal dengan gelar sebagai Imam Syafi`i, khususnya di akhir hayat beliau, beliau tidak mau lagi menyebut nama Ibrahim bin Abi Yahya ini dalam berbagai periwayatan ilmu.[5]
Selain di Makkah dan Madinah, Imam Syafi’I juga belajar di daerah Yaman, Ulama’ Yaman yang didatangi oleh beliau ini seperti: Hisyam bin Yusuf Al-Qadli, Mutharrif bin Mazin, dan banyak lagi yang lainnya. Setelah dari Yaman, beliau melanjutkan belajarnya ke kota Baghdad di Iraq dan di kota ini beliau banyak mengambil ilmu dari Muhammad bin Al-Hasan, seorang ahli fiqih di negeri Iraq.  beliau juga mengambil ilmu dari Isma’il bin Ulaiyyah dan Abdul Wahhab Ats-Tsaqafi dan masih banyak lagi yang lainnya.
Imam Syafi’i bertemu dengan Ahmad bin Hanbal di Mekah tahun 187 H dan di Baghdad tahun 195 H. Dari Imam Ahmad bin Hanbal, Imam Syafi’i belajar ilmu fiqh, ushul madzhab, penjelasan nasikh dan mansukhnya. Di Baghdad, Imam Syafi’i menulis madzhab lamanya (madzhab qodim). Kemudian beliu pindah ke Mesir tahun 200 H dan menuliskan madzhab baru (madzhab jadid). Di sana beliau wafat sebagai syuhadaul ilm di akhir bulan Rajab 204 H.
Kitab-kitab karya Imam Syafi’I adalah sebagai berikut :
1.       Al-Risalah al-Qadimah (kitab al-Hujjah),
2.      Al-Risalah al-Jadidah,
3.      Ikhtilaf al-Hadits,
4.       Ibthal al-Istihsan,
5.      Bayadh al-Fardh,
6.      Ahkam al-Qur`an,
7.      Sifat al-Amr wa al-Nahyi,
8.       Fadha`il al-Quraisy,
9.      Ikhtilaf Muhammad bin Husain,
1.  Ikhtilaf al-Malik wa al-Syafi`I,
1.   Ikhtilaf al- Iraqiyin,
1.   Kitab al-Umm,
1.  Kitab al-Sunan.[6]


[1] http://www.alkhoirot.net/2013/12/biografi-imam-syafii.html
[2] http://id.wikipedia.org/wiki/Imam_Asy-Syafi%27i
[3] http://majlisdzikrullahpekojan.org/kisah-ulama/biografi-imam-syafii.html
[4] http://samhidayat.wordpress.com/2012/10/28/imam-asy-syafii/
[5] http://id.wikipedia.org/wiki/Imam_Asy-Syafi%27i
[6] http://www.alkhoirot.net/2013/12/biografi-imam-syafii.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar